Strategi Pemanfaatan: Kebijakan Terbaru Mewujudkan Perikanan Berkelanjutan

oleh Kai Garcia Neefjes

Apa itu Strategi Pemanfaatan (Harvest Strategy)? Bayangkan kita sedang bermain boardgame (papan permainan) bersama teman-teman kita. Boardgame yang akan kita mainkan punya seperangkat aturan yang telah diperbarui berulang kali. Kita berkumpul di meja bundar, membaca peraturannya dengan teliti. Ada banyak alternatif strategi yang bisa kita gunakan untuk menang, tetapi kita semua harus sepakat pada satu opsi untuk bekerja sama.

Sekarang, kita bayangkan lautan dengan segala isinya. Bayangkan terdapat ratusan ikan tuna berenang di sana, membentuk satu kesatuan kelompok. Seperti makhluk hidup lainnya, tuna mengalami siklus hidup dan mati. Ia menetas, tumbuh besar, berkembang biak, lalu mati. Ada banyak hal yang dapat membuat mereka mati, seperti penyakit, usia tua, dan dimangsa predator. Faktor-faktor kematian ini disebut “kematian alami”, artinya tuna mati karena peristiwa alami. Namun, bukan faktor alami saja yang menjadi penyebabnya.

Manusia bergantung pada konsumsi tuna dan jenis-jenis ikan lainnya untuk bertahan hidup. Bahkan, data mencatat bahwa satu manusia dapat mengonsumsi 20,2 kg boga bahari di tahun 20201. Agar kita bisa terus mengonsumsi tuna dan jenis boga bahari lainnya, kita harus memperhatikan cara kita dalam menangkap ikan.

Umat manusia telah menangkap ikan selama ribuan tahun. Kita telah mengembangkan berbagai macam alat tangkap, sesuai dengan spesies yang ingin ditangkap. Selain faktor alami, kita dapat mempertimbangkan faktor kematian ikan akibat aktivitas manusia, terutama aktivitas penangkapan. Faktor ini merupakan ancaman terbesar bagi ikan konsumsi dan spesies yang berkaitan lainnya. Setiap metode penangkapan ikan memiliki dampak lingkungan yang berbeda-beda. Ada yang berkelanjutan, ada pula yang merusak.

Aktivitas perikanan juga berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Sebagai contoh, sekitar 33 juta orang di seluruh dunia mencari nafkah dari sektor perikanan. Mereka bekerja sebagai nelayan, pengolah ikan, hingga pebisnis. Bahkan, sektor perikanan memiliki nilai ekonomi hingga 30 trilyun rupiah, dan tuna menyumbang 7% dari total tersebut.

Nelayan tuna bersertifikat tengah melaut di Buru (Maluku)

Kembali ke analogi permainan. Alih-alih bermain dengan teman, bayangkan kita bermain dengan nelayan, industri, ahli yang terdiri atas ilmuwan dan LSM, dan pemerintah. Semua pemain ingin menang dengan caranya sendiri. Mereka punya tujuan dan harapan masing-masing, sehingga menghasilkan dinamika permainan yang kompleks.

Nelayan dan industri ingin menangkap ikan sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin, sementara LSM melatih masyarakat untuk mengedepankan praktik perikanan berkelanjutan. Di sisi lain, ilmuwan memilih untuk bersikap objektif. Mereka memberi rekomendasi ilmiah kepada pemerintah agar dapat membuat kebijakan perikanan yang bertanggung jawab.

Dalam dunia perikanan, semua pemain saling bergantung. Permainan pun menjadi lebih kompleks ketika data menunjukkan adanya perubahan. Jumlah sumber daya tuna terus menurun, hingga berpotensi pada krisis stok ikan tuna di laut dan tidak bisa dikonsumsi lagi.

Salah satu contoh spesies tuna yang menghadapi ancaman tersebut adalah tuna madidihang (Thunnus albacares). Tuna jenis ini mengalami overfishing (kondisi terlalu banyak ditangkap) di wilayah Samudera Hindia sejak tahun 20182. Penilaian ini mengacu pada data penurunan sumber daya tuna di bawah batas maksimal yang telah ditentukan.

Untuk menghindari kejatuhan sektor perikanan tuna, kita perlu mengelola sumber daya ikan. Kita dapat mengelolanya dengan Strategi Pemanfaatan (Harvest Strategy), atau yang juga dikenal sebagai Prosedur Manajemen Perikanan (Management Procedure/Harvest Management). Kebijakan Strategi Pemanfaatan telah digunakan oleh berbagai negara, termasuk Indonesia. Indonesia meluncurkan Strategi Pemanfaatan Perikanan Tuna Tropis pada bulan Juni 2023 dengan dukungan aktif MDPI.

Baca juga tentang Strategi Pemanfaatan Perikanan Tuna Tropis: di sini.

Tangkapan nelayan tuna pancing ulur di Lombok (Nusa Tenggara Barat)

Strategi Pemanfaatan adalah sebuah kerangka kerja yang disusun berdasarkan data ilmiah dan kesepakatan para pemangku kepentingan. Dengan menggunakan data perikanan, para ahli dapat memperhitungkan peluang dan tantangan, memetakan cara pengelolaan sumber daya ikan, dan memprediksi perilaku stok ikan3. Penyusunannya mirip seperti menentukan strategi permainan. Para ahli dapat menguji dan membandingkan berbagai opsi strategi berdasarkan data sains. Kemudian, opsi terbaik dipilih berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan. Tahap ini disebut sebagai Evaluasi Strategi Pemanfaatan—sebuah komponen utama dari Strategi Pemanfaatan3. Semakin akurat data yang digunakan, semakin terjangkau biaya implementasinya.

Sebelum mengimplementasi Strategi Pemanfaatan, terdapat berbagai tahap yang harus dilakukan. Di antaranya, pemantauan melalui hasil pengumpulan data dan analisis data untuk menentukan kondisi perikanan yang sedang terjadi. Selanjutnya tingkat penangkapan ikan disesuaikan berdasarkan Harvest Control Rules4 (seperangkat aturan pengendalian pemanfaatan) dan tindakan pengelolaan ditentukan berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan. Hal ini dilakukan untuk mengatur jumlah hasil tangkapan sebelum kemudian kebijakan pengelolaan diimplementasi. Hasil implementasi kebijakan pengelolaan pun akan terus dipantau melalui pengumpulan data untuk menilai apakah tindakan pengelolaan yang diterapkan memperbaiki kondisi perikanan tersebut atau tidak.

Seperti permainan boardgame, kunci keberhasilan strategi ini adalah kerja sama. Seluruh pemangku kepentingan harus bekerja bersama sebagai kesatuan tim untuk mencapai hasil yang berkelanjutan. Mereka semua dapat berkontribusi dengan mengumpulkan data, memantau kondisi perikanan, berbagi tugas, dan mematuhi kebijakan yang telah disepakati.

Pada intinya, Strategi Pemanfaatan adalah sebuah skema besar untuk mengelola sektor perikanan secara berkelanjutan. Dengan menggunakan data sains sebagai dasar kebijakan, kita dapat mengelola sumber daya ikan agar tetap lestari hingga masa depan. Pun seperti bermain boardgame, strategi yang matang dan kerja sama semua pihak adalah kunci untuk berhasil!


References

[1] FAO, The state of World Fisheries and Aquaculture 2022. Towards Blue Transformation. (Rome: FAO, 2022), 51-82, www.fao.org/3/cc0461en/cc0461en.pdf

[2] Indian Ocean Tuna Commission, 17th Working Party on Tropical Tunas Report. (IOTC, 2015), www.fao.org/3/bf342e/bf342e.pdf

[3] CSIRO, Key concepts for Harvest Strategies and Management Strategy Evaluation. (CSIRO, n.d.).

[4] “Report of the 2018 joint Tuna RFMO Management Strategy Evaluation working group meeting,” June 13-15, 2018, www.tuna-org.org/Documents/tRFMO_MSE_2018_TEXT_final.pdf