Indonesia Dorong Manajemen Perikanan di Tahun Tuna Nasional

Indonesia dengan bangga menjadi salah satu pionir dalam pengelolaan tuna berkelanjutan dan sumber daya perikanan.

Secara geografis, Indonesia terletak pada posisi yang strategis; posisinya di antara Samudra Hindia dan Pasifik, serta luasnya wilayah perairan dan sumber daya perikanannya membuat kita menjadi negara yang penting dalam sektor perikanan global. Dengan potensi perikanan sebesar 12,01 juta ton per tahun, Indonesia merupakan raksaksa produsen tuna yang menyumbang 15-17% produksi tuna dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2022, produksi Indonesia terhadap tuna madidihang, cakalang, dan spesies tuna lainnya mencapai 1.490.637 ton dengan nilai ekspor senilai USD 960.266. Nilai tukar tuna yang besar menjadikannya sebagai tulang punggung ekonomi nasional, serta pendapatan utama bagi jutaan masyarakat di Indonesia.

Cakalang, salah satu spesies yang diatur di dalam Strategi Pemanfaatan Tuna Tropis.

Merayakan Tahun Tuna Nasional

Indonesia mengumumkan tahun 2024 sebagai Tahun Tuna Nasional. Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong konsumsi tuna di level domestik, sehingga berkontribusi dalam peningkatan daya saing tuna di Indonesia. Dipelopori oleh Tuna Consortium Indonesia, Indonesia kian mendorong revolusi pengelolaan perikanan tuna berbasis data dan sains.

Sejak tahun 2019, Tuna Consortium Indonesia merangkul berbagai pemangku kepentingan perikanan, seperti organisasi masyarakat sipil, industri, dan pemerintah untuk mengembangkan kebijakan perikanan berbasis data. Kolaborasi ini menegaskan implementasi Strategi Pemanfaatan Tuna Tropis ke dalam aspek sosial dan ekonomi di lapangan untuk mendorong perikanan berkelanjutan dan pembangunan komunitas perikanan di Indonesia. Tuna Consortium terdiri atas lima organisasi nasional: Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Masyarakat dan Perikanan Indonesia, Yayasan IPNLF Indonesia, Marine Change, dan Fair-Trade USA.

Pada Hari Tuna Sedunia, Indonesia menegaskan komitmennya dalam menjaga sumber daya tuna dan kesehatan ekosistem laut. Melalui upaya kolaboratif dan strategi inovatif, Indonesia terus menjadi contoh dalam pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan, yang menjadi standar bagi negara-negara di seluruh dunia.

Baca juga: What is Harvest Strategy?

Pengelolaan perikanan tuna yang bertanggung jawab

Penting untuk memastikan keberlanjutan perikanan tuna. Didominasi oleh 420 ribu kapal penangkap tuna yang 90% di antaranya adalah nelayan skala kecil, Indonesia menyadari perlunya upaya kolaboratif dalam mengelola sumber daya tuna. Tuna merupakan spesies peruaya jauh; ia senang bermigrasi lintas perairan dan negara, sehingga pengelolaannya harus terkoordinasi antarnegara di badan pengelolaan tuna internasional seperti RFMO (Regional Fisheries Management Office).

Menanggapi tantangan ini, Indonesia telah melakukan beberapa inisiatif untuk mempromosikan tata kelola yang bertanggung jawab dan konservasi sumber daya tuna. Inisiatif ini meliputi penerapan kebijakan berbasis kuota, Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna (RPP-TCT), pembentukan protokol untuk perikanan tuna berkelanjutan di perairan kepulauan Indonesia, pendataan perikanan, dan penguatan upaya diplomatik untuk mengadvokasi alokasi kuota tuna yang lebih adil.

Strategi Pemanfaatan yang dirancang khusus untuk Perairan Kepulauan Indonesia (Indonesian Archipelagic Waters) merupakan inti dari pendekatan komprehensif Indonesia terhadap pengelolaan perikanan tuna. Diluncurkan pada Hari Laut Sedunia 2023, strategi ini memadukan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk mengamankan stok tuna yang sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. “Para pemangku kepentingan adalah kunci dalam implementasi dalam memanfaatkan sumber daya ikan negara ini melalui Strategi Pemanfaatan,” ujar Thilma Komaling, Strategic Lead Tuna Consortium.

Pentingnya pengelolaan dan peningkatan konsumsi lokal ditegaskan oleh pelaku industri tuna yang “Kami bekerja sama erat dengan masyarakat nelayan skala kecil setempat, di mana satu orang, satu perahu, dan satu kail digunakan untuk menangkap satu ikan, sehingga melestarikan tradisi kearifan lokal yang telah lama ada dalam konservasi sumber daya tuna. Dari perairan lokal hingga pasar domestik, tuna segar bersertifikat berkelanjutan kami bertujuan untuk memimpin dalam mempromosikan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,” kata Robert Tjoanda, direktur Harta Samudra.

Baca juga: MDPI, Anova, and Harta Samudra Receive Award for Traceability Implementation

 

Tentang Tuna Consortium

Tuna Consortium dibentuk pada tahun 2019 untuk mengoordinasikan pendekatan lintas sektor guna mengembangkan kebijakan perikanan berbasis sains, meningkatkan sosial dan ekonomi masyarakat pesisir, dan mengintegrasikan inisiatif lapangan ke dalam Strategi Pemanfaatan Tuna Tropis. Konsorsium ini berfungsi menyatukan para pemangku kepentingan utama yang terdiri atas OMS, industri, dan pemerintah guna menetapkan Strategi Pemanfaatan untuk perikanan tuna yang sehat dan berkelanjutan. Tuna Consortium Tahap II terdiri dari lima organisasi yang berbasis di Indonesia.