Pentingnya Strategi Pemanfaatan Tuna Tropis bagi Nelayan Skala Kecil

oleh Juliette Ezdra

Kebutuhan dunia akan boga bahari yang terus meningkat telah mendorong dunia untuk menerapkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Salah satu cara dalam mencapai tujuan ini adalah implementasi Strategi Pemanfaatan (Harvest Strategy). Strategi ini berfungsi sebagai panduan komprehensif untuk pembuatan kebijakan dalam pengelolaan perikanan. Sebagai negara kepulauan dengan sumber daya laut yang melimpah, Indonesia membutuhkan Strategi Pemanfaatan untuk melindungi ekosistem laut dan keberlanjutan sektor perikanannya.

Indonesia telah mengambil langkah signifikan dalam menjaga sumber daya lautnya setelah meresmikan Strategi Pemanfaatan Perikanan Tuna Tropis di Perairan Kepulauan Indonesia. Strategi ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara konservasi ekologi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. MDPI berharap bahwa pengelolaan efektif terhadap sumber daya tuna tidak hanya akan menjamin keberlanjutannya secara jangka panjang, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat pesisir.

Pengaruhnya bagi nelayan kecil

Nelayan skala kecil memiliki peran penting dalam sektor perikanan Indonesia. Hampir 90% pelaku sektor perikanan Indonesia adalah nelayan skala kecil. Mereka juga bertanggung jawab atas lebih dari setengah hasil produksi perikanan nasional. Bisa dikatakan, nelayan skala kecil merupakan tulang punggung perikanan tangkap di negara ini. Namun mereka rentan terhadap perubahan populasi tuna, sehingga perlu strategi pengelolaan yang dapat melindungi mata pencaharian mereka.

Strategi Pemanfaatan Perikanan Tuna Tropis memiliki arti tersendiri bagi nelayan skala kecil Indonesia. Dengan mendorong praktik penangkapan tuna yang berkelanjutan, strategi ini dapat membantu menjaga mata pencaharian mereka dengan tetap melestarikan sumber daya laut. Data nelayan skala kecil telah membantu memperkuat basis informasi perikanan skala kecil, meningkatkan representasi para nelayan kecil, mendorong akuntabilitas, dan menumbuhkan rasa kepemilikan di kalangan nelayan serta masyarakat pesisir. Upaya kolaboratif ini menyoroti pentingnya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, juga mengakui signifikansi data dari nelayan skala kecil dalam mengembangkan strategi pengelolaan perikanan yang komprehensif dan efektif.

Sejak tahun 2014, MDPI telah aktif berkontribusi dalam pengembangan Strategi Pemanfaatan ini melalui diseminasi informasi, bantuan teknis, serta mengumpulkan data perikanan dari nelayan tuna pancing ulur skala kecil dengan metode port sampling. MDPI telah bekerja sama dengan berbagai nelayan skala kecil untuk mengumpulkan data selama hampir sepuluh tahun. Komitmen MDPI serta nelayan skala kecil terhadap praktik perikanan berkelanjutan telah membantu pembentukan kebijakan berbasis data dan mendorong kerja sama antar pemangku kepentingan.

Integrasi data nelayan tuna skala kecil ke dalam Strategi Pemanfaatan merupakan pencapaian signifikan, mengingat keterbatasan data yang ada terkait beberapa sektor perikanan tuna, juga persyaratan, standar, dan tantangan teknis yang ada. Pada bulan Mei 2023, Dr. Fayakun Satria, Kepala Pusat Penelitian Kelautan dan Perikanan, BRIN, menekankan bahwa “Tanpa data dari para pemangku kepentingan, tidak ada Strategi Pemanfaatan. Strategi Pemanfaatan tidak akan berhasil tanpa kerjasama.”

Kontribusi MDPI terhadap Strategi Pemanfaatan tidak hanya sebatas penyediaan data, tetapi juga meliputi penelitian ilmiah, lokakarya teknis, dan upaya peningkatan kapasitas. Keterlibatan awal MDPI sebagai penyedia data, yang sebelumnya telah mengembangkan protokol untuk memenuhi persyaratan Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional, berperan sebagai katalisator bagi organisasi pemerintah dan non-pemerintah lainnya dalam merancang protokol data yang dapat berkontribusi pada Strategi Pemanfaatan ini.

“MDPI dan LSM lainnya dapat memberikan kontribusi dengan mengisi celah yang tidak dapat ditangani oleh pemerintah,” kata Toni Ruchimat, mantan Kepala Pusat Penelitian Kelautan dan Perikanan, BRIN.

Wildan, selaku Small-Scale Fisheries Lead untuk USAID Ber-IKAN, yang bekerja di MDPI dari tahun 2013 hingga 2023, mengakui perbaikan yang telah terjadi terkait ketersediaan data perikanan tuna melalui kolaborasi multipihak, termasuk pemerintah, LSM, dan asosiasi perikanan. Ia menekankan pentingnya membahas Strategi Pemanfaatan secara rutin dan melibatkan semua pihak, termasuk perusahaan dan nelayan, untuk memastikan pemahaman bersama dan partisipasi aktif. Dalam wawancara dengan Mongabay pada tahun 2022, Wildan menyatakan, “Dengan kita rutin membicarakan harvest strategy ini, mudah-mudahan semua pihak, pelaku usaha, nelayan, pelan-pelan terlibat. Karena Harvest Strategy ini sangat ilmiah, jadi tidak mudah. Harus dipahami bersama, perlu energi dan waktu lebih untuk mewujudkannya.”

Manfaat, tantangan, dan perspektif di masa depan

Implementasi Strategi Pemanfaatan Perikanan Tuna Tropis membawa banyak manfaat. Salah satunya, membantu menjaga keberlanjutan populasi ikan, yang dapat turut memastikan ketersediaan hasil laut secara konsisten, serta melindungi pendapatan dan mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada sektor ini. Melalui implementasi praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab, Strategi Pemanfaatan yang berkelanjutan juga dapat membantu melindungi spesies non-target, mengurangi hasil tangkapan sampingan (bycatch), dan meminimalisir dampak penangkapan ikan pada habitat yang sensitif, sehingga mendukung kesehatan keseluruhan ekosistem laut dan pelestarian biodiversitas.

Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa prioritas pengelolaan telah diidentifikasi: pembatasan penggunaan rumpon, penutupan wilayah untuk melindungi tempat pemijahan, regulasi terkait hari penangkapan dan kapal yang digunakan, serta penetapan batas Tangkapan Maksimum yang Diperbolehkan (Total Allowable Catch).

Dengan adanya Strategi Pemanfaatan Perikanan Tuna Tropis, Indonesia bertujuan untuk menjaga stok tuna tropis di atas 20% dari tingkat yang belum ditangkap dengan probabilitas 90%, yang dikenal sebagai limit reference point (LRP). Hal ini bertujuan untuk mencegah eksploitasi berlebih dan turut memastikan penangkapan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Target ini didasarkan pada penilaian stok yang dilakukan di berbagai wilayah di Samudera Pasifik Barat dan Tengah.

Namun, pengembangan dan implementasi Strategi Pemanfaatan tidaklah tanpa tantangan. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain adalah keterbatasan data, perbedaan kepentingan di antara pelaku perikanan, dan penegakan regulasi. Pengumpulan data yang kuat dan sistem pemantauan tetap penting untuk penilaian stok yang akurat dan pengambilan keputusan yang efektif. Melibatkan pemangku kepentingan, termasuk komunitas nelayan, diperlukan untuk menciptakan rasa memiliki dan kerja sama dalam proses implementasi.

MDPI telah mendukung penyebaran informasi dan sosialisasi Strategi Pemanfaatan melalui Komite Pengelola Bersama Perikanan, sebuah platform multi-stakeholder untuk membahas ragam isu terkait perikanan, termasuk dengan nelayan skala kecil. Selain itu, langkah penegakan yang kuat dan mekanisme yang efektif juga diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi serta mencegah praktik penangkapan ikan ilegal. Fleksibilitas dan evaluasi rutin juga diperlukan demi menyesuaikan Strategi Pemanfaatan dengan perubahan kondisi lingkungan, seperti dampak perubahan iklim dan pergeseran distribusi ikan. Indonesia terus mengutamakan keberlanjutan dan mengatasi tantangan yang terkait dengan pengelolaan perikanan, termasuk dengan menerapkan Strategi Pemanfaatan yang baru diresmikan. Dengan ini, Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam upaya praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab. Ke depannya, upaya berkelanjutan diperlukan untuk mengelola sumber daya tuna secara efektif, dengan terus memastikan bahwa suara nelayan skala kecil didengar dan kebutuhan komunitas pesisir dipenuhi.


Referensi

Notohamijoyo A., et al. 2020. “Sustainable fisheries subsidies for small scale fisheries in Indonesia”. ICESSD 2019.