Mendukung ekonomi rumah tangga nelayan: Pelatihan Diversifikasi Mata Pencaharian

oleh Siti Zulaeha dan Prisillia Morley Loijens

Di Indonesia, perkumpulan ibu-ibu biasanya identik dengan kehebohan dan kemeriahan. Hal itulah yang menggambarkan suasana saat ibu-ibu Mama Tuna Mandiri berkumpul dan bekerja. Mama Tuna Mandiri adalah sebuah Kelompok Perikanan Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) yang digerakkan oleh perempuan. Mereka berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. Bukan dalam konotasi negatif dan tanpa makna, kemeriahan mereka membuat suasana semakin hidup dan kinerja semakin produktif.

Seperti namanya, ibu-ibu (yang lebih akrab dipanggil ‘mama’) Mama Tuna Mandiri bekerja dalam mengolah produk perikanan untuk mengupayakan kemandirian ekonomi di rumah tangga nelayan. Ikan-ikan yang mereka peroleh berasal dari nelayan setempat dan pemasok. Sejak tahun 2021, mereka telah memproduksi ikan asap yang pasarnya berada di Makassar. Namun untuk diversifikasi sumber pendapatan, mereka memproduksi abon tuna dan mempelajari produksi perikanan olahan lainnya.

Didampingi Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) melalui program Fisheries Community Organization, Poklahsar Mama Tuna Mandiri dilatih untuk membangun kapasitas individu dan kelompok demi usaha yang produktif. MDPI juga turut mendampingi pembangunan rumah produksi untuk mendukung kualitas, kesehatan, dan sanitasi produk yang dibuat oleh kelompok berdasarkan standar Cara Produksi yang Baik (CPB).

Suasana praktikum pelatihan diversifikasi produk perikanan Mama Tuna Mandiri di Bone, Sulawesi Selatan.

Kemeriahan para anggota Poklahsar Mama Tuna Mandiri sangat terasa ketika mereka berkumpul di rumah produksi. Bagaimana tidak, di sana mereka bebas belajar dan berkreasi untuk menciptakan olahan berbahan dasar ikan. Pada Februari 2023, rumah ini sempat menjadi lokasi Pelatihan Diversifikasi Mata Pencaharian, yang diikuti oleh 22 anggota Mama Tuna Mandiri, dipandu seorang ketua Kelompok Usaha Perikanan Fatimah Azzahra, Dra. Nuraeni, dan MDPI. Dalam pelatihan ini, para ibu-ibu belajar cara mengembangkan usaha kelompok, teknik berbicara di depan umum, teknik pemasaran, dan praktik pengolahan produk perikanan yang baik. Ada pun ragam produk yang telah mereka pelajari adalah otak-otak, nuget, bakso, sambal tuna, kerupuk ikan, dan pempek.

Harapannya, anggota Mama Tuna Mandiri dapat menggunakan bekal pelatihan sebagai peningkatan mata pencaharian dan memperdalam pemahaman mereka terkait cara-cara mengembangkan usaha kelompok, variasi pengolahan ikan, meningkatkan daya saing produk, menghitung biaya produksi dan harga jual produk, meningkatkan produktivitas kelompok, dan meningkatkan keterampilan yang mengacu pada standar CPB. Semua produk hasil latihan akan diuji coba untuk segera dipasarkan. “Rencananya akan dijual untuk acara-acara bulan Ramadan,” tutur mereka.

Ibu Yuli, salah satu anggota Mama Tuna Mandiri, turut mengurus NPWP yang menjadi syarat pembentukan UMKM.

Setelah pelatihan, anggota Mama Tuna Mandiri mengambil langkah ke depan dengan memperbaiki struktur dan legalitas usahanya. Didampingi MDPI, Mama Tuna Mandiri mendaftarkan usahanya menjadi UMKM untuk memastikan legalitas dan operasional bisnis yang terstruktur, juga memudahkan mereka dalam meningkatkan pendapatan jangka panjang. Sebagai anggota keluarga nelayan tuna yang pendapatan utamanya bergantung pada musim ikan, mereka perlu memastikan adanya sumber pemasukan tambahan ketika ikan sulit didapat. Itu sebabnya, ibu-ibu dari Mama Tuna Mandiri mencurahkan komitmennya agar ekonomi keluarga mereka tetap hidup.

Pelatihan ini terus menyulut antusiasme para anggota Mama Tuna Mandiri untuk menunjukkan pentingnya peranan perempuan dalam pengelolaan perikanan dan peningkatan ekonomi masyarakat pesisir. Dengan modal rasa percaya diri yang terus dipupuk, kelompok ini membawa produk olahan mereka ke pertemuan reguler Komite Pengelola Bersama Perikanan Provinsi Sulawesi Utara di Makassar pada awal bulan Maret.

Selain menunjukkan produk, mereka juga angkat suara terkait pentingnya diversifikasi mata pencaharian dan keterlibatan perempuan dalam mengupayakan keberlanjutan pendapatan rumah tangga nelayan. Keterlibatan aktif para mama yang nyata terlihat membuat MDPI terus termotivasi untuk bekerja demi meningkatkan peran kelompok perempuan dalam kegiatan dan pertemuan lainnya.

Meski baru terbentuk, perkembangan Mama Tuna Mandiri menunjukkan betapa pentingnya upaya pemberdayaan perempuan di sektor perikanan dan dalam meningkatkan mata pencaharian berkelanjutan. Besar harapan kelompok ini dapat menjadi percontohan bagi UMKM perempuan lainnya di daerah mereka dan terus menginspirasi perubahan dan kemajuan masyarakat lokal.