para narasumber, moderator, dan audiens di dialog publik MDPI

Gaungkan Perikanan Berkelanjutan Melalui Jurnalisme Lingkungan, MDPI Berpartisipasi di Green Press Community 2024

oleh Muhammad Alzaki Tristi

Jakarta – Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) turut berkontribusi dalam acara Green Press Community 2024, sebuah inisiatif dari Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan hidup. Acara yang diselenggarakan pada Sabtu, (23/11) mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari jurnalis, pegiat literasi, mahasiswa, NGO, pemerintah, hingga sektor swasta, guna menciptakan sinergi dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pelestarian ekosistem.

Salah satu rangkaian acara yang diikuti MDPI adalah Dialog Publik bertema “Menyelamatkan Laut, Menguatkan Ekonomi: Kolaborasi untuk Masa Depan & Ketahanan Pangan” yang diadakan di Creative Hall, M Bloc, Jakarta Selatan.

Partisipan mengikuti dialog publik MDPI di GPC 2024
Partisipasi salah satu peserta dalam Dialog Publik saat menyimak para narasumber (Sabtu, 23 November 2024)

Dialog ini menghadirkan tiga narasumber yang membahas isu-isu penting dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan: Arroyan Suwarno, Community Organization Coordinator MDPI, memaparkan “Penghidupan Nelayan dan Warisan Ikan untuk Masa Depan”; Putra Satria Timur, Fisheries Lead MDPI, membahas “Mengelola Rumpon, Menjaga Laut: Saatnya Tindakan Tepat”; dan Glenys Octania, Jurnalis Kompas TV, menjelaskan temuan investigasinya tentang “Microplastics are Choking Marine Life in Indonesia’s Waters”.

Arroyan Suwarno, menggarisbawahi ironi kesejahteraan nelayan kecil di Indonesia bagian timur, yang menjadi penyuplai utama produksi tuna nasional hingga mencapai 85% dari total produksi. “Meskipun demikian, tingkat kemiskinan di wilayah ini tetap tinggi. Faktor-faktor seperti pengelolaan keuangan, ketergantungan pada supplier, kesulitan BBM, dan dampak perubahan iklim turut memperburuk kerentanan nelayan kecil” papar Arroyan.

Narasumber presentasi di dialog publik
Narasumber pertama, Arroyan Suwarno, memaparkan tentang data-data terkait kesejahteraan nelayan skala kecil di Indonesia (Sabtu, 23 November 2024)

Di sisi lain, Putra Satria Timur menekankan pada upaya maksimal dalam pengelolaan rumpon atau Fish Aggregating Devices (FADs), yang saat ini terlalu banyak jumlahnya. “Rumpon, alat yang digunakan untuk menarik ikan tuna, saat ini situasinya sudah seperti kumpulan buah anggur di tengah lautan, jika tidak diatur sesuai regulasi dapat merusak ekosistem laut,” Ujar Timur.

Narasumber kedua presentasi di dialog publik MDPI di GPC 2024
Narasumber kedua, Putra Satria Timur, memaparkan terkait kondisi rumpon di lautan Indonesia yang kini telah terlalu banyak jumlahnya (Sabtu, 23 November 2024)

Dalam paparannya, ia menjelaskan pentingnya pemantauan dan penerapan kebijakan penggunaan rumpon yang ketat, termasuk jumlah maksimal alat per nelayan kecil, jarak pemasangan, serta larangan pemasangan di area konservasi dan jalur transportasi laut.

Baca juga: Bawa Harapan Nelayan Skala Kecil Ke Panggung Internasional: MDPI Jadi Panelis di Tokyo Sustainable Seafood Summit (TSSS) 2024

Pada sesi akhir, MDPI menghadirkan perspektif lainnya dari jurnalis KOMPAS TV, Glenys Octania, yang berbagi hasil investigasi pencemaran mikroplastik di perairan Indonesia dengan tajuk “Microplastics Are Choking Marine Life in Indonesia’s Waters”. “Mikroplastik, yang dapat masuk ke rantai makanan laut, tidak hanya merugikan manusia sebagai konsumen ikan, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hasil tangkapan nelayan,” ujar Glenys dalam paparannya.

Narasumber ketiga presentasi di dialog publik MDPI di GPC 2024
MDPI turut menghadirkan sudut pandang dari jurnalis, Glenys Octania, yang berbagi hasil liputannya tentang mikroplastik yang mengancam hasil tangkapan nelayan Indonesia (Sabtu, 23 November 2024)

Indonesia, sebagai eksportir tuna terbesar dunia dengan kontribusi 17-22% pasokan global, menghadapi tantangan besar dalam memastikan keberlanjutan industri perikanan. MDPI memandang bahwa mendukung kesejahteraan nelayan kecil adalah kunci keberhasilan pelestarian ekosistem laut.

Narasumber menunjukkan miniatur rumpon dalam dialog publik
Narasumber menunjukkan kepada audiens miniatur rumpon atau Fish Aggregating Devices (FADs) , (Sabtu, 23 November 2024)

MDPI telah menjalankan berbagai kegiatan, dari penguatan koperasi nelayan, penyuluhan pengelolaan keuangan rumah tangga, hingga pendampingan penerapan perikanan berkelanjutan. “Sinergi antara nelayan, jurnalis, dan pihak terkait lainnya dapat memperkuat suara mereka dalam mendorong kebijakan yang pro-lingkungan,” ujar Arroyan Suwarno.

Baca juga: Masa Depan Ikan Kita: Data Perikanan untuk Ketahanan Pangan

Keikutsertaan MDPI dalam Green Press Community 2024 menjadi bukti komitmen dan upaya strategis dalam mendukung jurnalisme lingkungan sebagai salah satu cara menggaungkan isu perikanan berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk menghadapi dampak perubahan iklim dan pencemaran lingkungan yang semakin nyata, serta untuk memperjuangkan ketahanan pangan bagi generasi mendatang.

Melalui dialog ini, MDPI berharap pesan penting tentang keberlanjutan laut dan kesejahteraan nelayan kecil dapat menjangkau khalayak luas, sehingga makin banyak pihak yang terlibat dalam menjaga masa depan laut Indonesia.

foto bersama di dialog publik MDPI di GPC 2024
Foto bersama narasumber dan audiens Dialog Publik di “Menyelamatkan Laut, Menguatkan Ekonomi: Kolaborasi untuk Masa Depan & Ketahanan Pangan” (Sabtu, 23 November 2024)