Intip Keseruan Staf MDPI yang Dapat Beasiswa Pelatihan di Amerika!

oleh M.A. Indira Prameswari

MDPI berkomitmen untuk mendukung pengembangan kapasitas setiap staf yang dibutuhkan sesuai dengan fungsi pekerjaannya. Hal ini tidak terbatas pada pelatihan internal yang diselenggarakan MDPI saja, selain itu staf juga didorong untuk mencari ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya dari pihak eksternal.

Salah satu staf yang sempat berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan diri dari pihak eksternal adalah A. Riza Baroqi. Lebih akrab dipanggil Riza, ia mengikuti program ‘Blue Pioneers Accelerator’, sebuah program beasiswa yang diselenggarakan oleh University of California Santa Cruz (UCSC) untuk meningkatkan keterampilan dalam memecahkan masalah ekosistem laut di wilayah Asia-Pasifik.

Riza adalah salah satu staf dengan jadwal yang padat—hampir setiap bnya, ia berkelana ke kantor pemerintahan di Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Ibu Kota untuk mengelola relasi antara MDPI dengan pemerintah.

Kesibukannya ini membuat saya penasaran—dan sedikit heran—apa yang begitu menarik perhatiannya untuk ikut pelatihan di tengah-tengah jadwalnya yang padat?

“Masih banyak nelayan kecil yang belum dapat membaca, menulis, dan gaptek, tetapi mereka dituntut untuk, sebagai contoh, mendata perikanan berbasis elektronik yang tak bisa dilakukan jika tidak bisa baca-tulis. Menurut saya, fakta tersebut cukup miris,” jawab Riza.

Jawaban tersebut berakar keresahan Riza pada realitas kesenjangan sosial pada masyarakat pesisir Timur Indonesia. Menurutnya, masih banyak potensi yang dapat dikembangkan pada komunitas pesisir di Timur, yang sering digadang-gadangkan rakyat Indonesia sebagai lumbung ikan.

“Masyarakat di pesisir Timur Indonesia juga masih banyak mengonsumsi satwa-satwa dilindungi yang memiliki peran penting bagi keseimbangan ekosistem dan menghambat krisis iklim. Itu karena mereka belum sadar secara penuh dampaknya, sehingga perlu dikembangkan pemahamannya agar berubah,” lanjutnya.

Hasil Beasiswa: ‘Turtle Oasis Project’
Riza saat memaparkan idenya di University of California, Santa Cruz, Amerika Serikat (Rabu, 17 Juli 2024).

Riza mendaftar beasiswa tersebut secara mandiri, setelah membaca pengumumannya dari kanal media Packard Foundation dan dari beberapa alumninya merupakan ahli perikanan dan kelautan yang berkiprah di beberapa OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) di Indonesia. Setelah proses pendaftaran beasiswa yang cukup panjang, karena perlu memenuhi semua persyaratan administrasi dan menjelaskan manfaat yang akan diperoleh, dan bukan hanya manfaat bagi diri sendiri.  Setelah beasiswa Riza dinyatakan diterima, MDPI turut mendukung untuk pelatihan di California, Amerika Serikat, dan belajar dari para ahli kelautan dan perikanan pada 8-18 Juli 2024.

Beasiswa tersebut memberikan kesempatan untuk mengikuti perkuliahan terbuka dan mendapatkan bimbingan langsung dari para ahli. Sesuai dengan minatnya, ia banyak belajar tentang keuangan pesisir, konservasi, pengorganisasian masyarakat, dan pendidikan masyarakat.

Di akhir pelatihan, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat suatu proyek yang dapat menjawab masalah di negaranya masing-masing. Proyek terbaik akan memenangkan dana hibah sebesar USD 50.000 untuk mengimplementasikan proyeknya; dan Riza bersama tim kelompoknya berhasil memenangkan posisi pertama sebagai proyek terbaik.

“Kami menamai proyek kami ‘Turtle Oasis Project’ untuk meningkatkan kesadartahuan dan perubahan perilaku masyarakat pesisir sebagai bagian dari upaya konservasi penyu di Timur Indonesia,” ujar Riza.

Mengkonsumsi penyu di Timur Indonesia seperti di Maluku, Maluku Utara, dan Papua masih cukup kental. Penyu dipandang sebagai hidangan khas untuk acara-acara besar, kendati dilindungi dan memiliki peran penting bagi ekosistem laut. Mereka turut membantu menjaga populasi alga dan terumbu karang penyerap zat karbon, yang penting bagi pelambatan krisis iklim.

Peserta beasiswa melakukan studi lapangan di akuarium setempat (Senin, 15 Juli 2024).

“Proyek ini akan memberi insentif, berupa token, bagi masyarakat yang melakukan kebaikan pada ranah konservasi penyu. Token itu dapat menjadi nilai tukar untuk bahan dan barang kebutuhan sehari-hari di toko yang bekerja sama dengan proyek,” jelasnya.

Saat dana hibah cair, Riza dan rekan-rekannya akan menjalankan Turtle Oasis Project mulai November 2024 hingga September 2025.

Menjadi Berkat bagi Diri Sendiri dan Organisasi
Riza (tengah, keenam dari sisi kiri) bersama peserta beasiswa dan ahli perikanan kelautan yang melatihnya. (Rabu, 17 Juli 2024)

Target utama pelatihan ini adalah untuk mendukung masyarakat pesisir yang kurang beruntung dalam segi fasilitas dan pengembangan kapasitas. Namun, pelatihan ini tidak hanya memberi keuntungan bagi target utama pelatihan, tetapi juga peserta pelatihan yang terlibat di dalamnya.

“Salah satu tujuan saya mengikuti beasiswa ini untuk mengembangkan kemampuan diri, dan bekerja dengan baik itu sudah menjadi kewajiban saya di MDPI.” ucap Riza.

Sebagai individu kita perlu mengembangkan diri baik secara personal ataupun secara keilmuan, dengan memanfaatkan berbagai media atau saluran yang ada. MDPI mendukung staf yang ingin mengembangkan kapasitas dirinya. Di MDPI kita belajar berjejaring dengan berbagai pemangku kepentingan, nelayan, industri dan kita perlu mengikuti perkembangan dunia perikanan khususnya di Indonesia.  Pengembangan kapasitas diri dapat berdampak positif bagi kesejahteraan staf.

“Kegiatan ini tidak hanya memberikan kebahagiaan secara personal bagi saya, tetapi juga mempengaruhi kinerja saya pada MDPI. Jika proyek ini berhasil, tentu dapat diduplikasi dan dikembangkan untuk kebutuhan program kerja MDPI,” jelas Riza.

Baca juga: MDPI Mantapkan Kemampuan Kerja Komunitas Staf Lapangan