MDPI Mantapkan Kemampuan Kerja Komunitas Staf Lapangan

oleh Arroyan Suwarno

Yayasan MDPI bekerja di 29 desa dan kelurahan, tersebar pada 13 kabupaten delapan provinsi di Indonesia bagian tengah dan timur. Semua desa ini menyimpan potensi yang bisa dikelola untuk masyarakat pesisir yang lebih berdaya.

Butuh kemampuan analisis dan semangat kerja bagi staf lapangan sebagai ujung tombak pelaksana program. Sehingga, kerja teman-teman lapangan dan program dapat bermanfaat bagi keberlanjutan sumber daya ikan dan mata pencaharian masyarakat pesisir.

Menjawab mimpi besar di atas, MDPI mengadakan pelatihan yang bertajuk “Penguatan Kapasitas dalam Kerja Komunitas bagi Staf Lapangan” pada tanggal 27 November hingga 1 Desember 2023 di Bali. Pelatihan ini diikuti oleh 21 staf lapangan dari seluruh wilayah kerja MDPI. Staf lapangan mendapatkan materi-materi baru nan menggugah seperti Safari Kampung, Pendidikan Orang Dewasa, Pekerjaan Sukarela, Mengenal Desa/Kelurahan, dan beberapa materi tematik terkait program FCO seperti Fair Trade, Fisheries Champion, Koperasi, dan Livelihood.

Staf lapangan berdiskusi tentang pembentukan koperasi, salah satu jenis institusi yang efektif dalam pengorganisasian masyarakat pesisir.
Konsep Pelatihan Gaya Ngafe

Pelatihan mengusung konsep “World Cafe” yang mengajak staf berdiskusi santai seolah-olah seperti di sebuah kafe. Staf akan bergaul, bergerak, dan bercengkrama dari satu meja ke meja yang lain untuk mendengar ide sesama staf. Konsep pelatihan ini efektif menyediakan ruang bicara yang sama sehingga tidak ada perbedaan antar staf peserta dan pemateri.

“Hasil dari pelatihan ini yaitu untuk memahami tujuan mimpi besar MDPI sekaligus meningkatkan inisiatif dalam mengimplementasikan program di lapangan”, ujar Nilam Ratnawati selaku FCO Lead yang berhasil membakar semangat para peserta.

Hasil analisis dan diskusi sosial di wilayah kerja Gorontalo.

Seorang pendamping masyarakat (Community Organizer) berperan penting dalam proses kerja di komunitas (Community Works). Bekerja sama dengan masyarakat, dibutuhkan bekal bagi pendamping masyarakat untuk memudahkan identifikasi dan pemilihan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengurangi risiko kegagalan.

“Secara keseluruhan terkait materi sudah cukup bagus untuk menunjang kegiatan di lapangan,” ujar Taeran, staf peserta dari Lombok Timur. Alwi, staf yang bertugas di Bone, menambahkan, “Sistem pelatihan sangat bagus karena banyak materi dikemas dengan permainan, jadi peserta tidak tegang.”

Mengatur fokus, menguatkan dampak

Setelah mengikuti pelatihan selama empat hari ini, staf lapangan dapat mempertajam kemampuan analisis dan aksi untuk menguatkan kapasitas masyarakat pesisir dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Staf dapat memusatkan fokusnya pada komunitas; mulai dari pembedahan isu masyarakat, hingga pelaksanaan aksi intervensi di dalam masyarakat. Staf juga dapat menggunakan ilmu sosial yang didapat untuk mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.

“Dari awal terbentuknya MDPI pada tahun 2013 dengan program pendataan perikanan, lalu pada tahun 2020 dibentuk FCO (Fisheries Community Organization), semua itu untuk memberikan dampak luas bagi masyarakat perikanan di desa dampingan”, ujar Yasmine “Jaz” Simbolon, Direktur MDPI.