Pengalaman Berharga Magang sekaligus Melaut Bersama Nelayan

PULAU BURU – Nama saya Ari Trisnadhi, mahasiswa semester sembilan Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, Universitas Pattimura (Unpatti) Maluku. Di akhir masa studi ini, saya mendapatkan kesempatan berharga untuk bisa magang di Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), lebih tepatnya di wilayah Buru Utara, Maluku.

Kegiatan utama yang saya lakukan selama magang adalah melakukan pengambilan data perikanan dengan menggunakan metode port sampling. Dalam pengambilan data tersebut, saya melakukan pengukuran panjang dan berat ikan, wawancara dengan nelayan mengenai lokasi memancing dan interaksi dengan hewan endangered, threatened, protected (ETP). Semua data tersebut lantas dimasukkan ke sistem database yang disebut dengan i-Fish. Saya menggunakan aplikasi i-Fish yang ada di ponsel saya. Ada empat lokasi pendataan, yaitu di Desa Wailihang, Desa Waprea, Teluk Bara, dan Waipure.

Selama melakukan pendataan tersebut, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga. Terutama kisah-kisah dari para nelayan yang ada di sana. Ternyata, meskipun mereka termasuk dalam nelayan skala kecil, mereka tetap memahami tentang perikanan berkelanjutan. Para nelayan itu mengatakan, saat ini sudah tidak berani lagi untuk menangkap hiu, lumba-lumba, pari, penyu, atau burung laut. Menurut pemahaman mereka, hewan-hewan yang dilindungi tersebut berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan.

Bahkan, para nelayan itu menyebut lumba-lumba sebagai ‘sahabat’. Mengingat selama ini para nelayan menjadikan lumba-lumba penanda adanya tuna sirip kuning di lautan. “Jika ada gerombolan lumba-lumba, di situ pasti ada ikan tuna,” kata salah satu nelayan. Pengetahuan itu pula yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

Pendataan menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Ari selama menjalani magang di kantor MDPI Buru Utara.

Pemahaman yang baik oleh para nelayan ini tidak bisa dilepaskan dari sosialisasi yang terus-menerus dilakukan oleh banyak pihak, termasuk oleh tim MDPI yang ada di Buru. Selain itu, para nelayan itu sebagian juga bergabung dalam kelompok Fair Trade. Sedangkan pemahaman tentang hewan-hewan dilindungi tersebut juga merupakan salah satu standar Fair Trade yang harus dipenuhi.

Selain melakukan pendataan dan wawancara, saya juga berkesempatan untuk melakukan analisis hasil rekaman time lapsed camera (TLC) yang terpasang di perahu nelayan. Tujuan dipasangnya TLC ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang interaksi nelayan terhadap hewan ETP selama melakukan aktivitas memancing. Sekaligus ini untuk memverifikasi data hasil wawancara. Dalam sehari, saya bisa menganalisis sebanyak 3-4 video. Sehingga, selama dua bulan magang di Buru Utara, saya telah melakukan analisis sebanyak 62 video rekaman TLC.

Analisis yang saya lakukan adalah dengan menonton satu per satu video dari TLC dan mengambil screenshoot dari beragam aktivitas nelayan selama melaut. Tentu saja ada banyak tantangan selama melakukan analisis tersebut. Misalnya, rekaman video yang terputus atau hasil rekaman yang buram atau tidak jelas. Ini mengakibatkan saya menjadi cukup sulit untuk melihat aktivitas para nelayan.

Selain melakukan kegiatan rutin berupa pendataan dan analisis TLC, saya juga mendapatkan kesempatan yang tidak akan pernah saya lupakan. Saya berkesempatan untuk ikut nelayan melaut sebanyak dua kali. Saya begitu terkagum-kagum dengan cara para nelayan menangkap tuna. Mereka mengejar sekumpulan lumba-lumba sebagai petunjuk adanya tuna di lautan. Ombak dan panasnya matahari tidak menyurutkan semangat para nelayan untuk menangkap tuna. Dari melaut itu pula, saya bisa melihat langsung fakta di lapangan bagaimana para nelayan menangkap ikan. Ini selaras dengan apa yang sudah saya lakukan pada saat melakukan wawancara dengan para nelayan.

Saya terus berharap agar kesejahteraan para nelayan bisa meningkat. Saya juga ingin agar pemerintah bisa terus memberikan kebijakan-kebijakan yang mampu mengangkat derajat para nelayan di Indonesia. Terima kasih tak terhingga untuk tim MDPI yang ada di Buru Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya.

 

Ditulis oleh: Ari Trisnadhi

Editor: Putra Satria Timur – Mohammad Syifa