Penelitian alat bantu penangkapan ramah lingkungan
September 20, 2021
Saat ini, nelayan pancing ulur tuna semakin bergantung pada batu sebagai alat pemberat. Bahkan, mereka mulai kesulitan mendapatkan batu sehingga harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli ataupun mencari batu. Dalam satu hari, seorang nelayan bisa menurunkan hingga 40 butir batu seukuran 1 kg di laut setiap hari, bahkan lebih. Semakin banyak nelayan yang menggunakan metode ini, semakin banyak pula batu yang “dibuang” ke laut; hal ini dapat berdampak terhadap lingkungan dan pada akhirnya terhadap kondisi sosial masyarakat.
Dalam upaya mencari solusi terkait masalah ini, MDPI menjalin kerjasama dengan Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melakukan penelitian seputar alat bantu penangkapan yang lebih ramah lingkungan. MDPI bersama Pusriskan akan segera melakukan uji coba untuk penggunaan pemberat permanen lainnya yang dapat digunakan secara terus menerus sebagai alternatif dari pemberat batu. Untuk memantapkan langkah selanjutnya, pada 17 September 2021 diadakan pertemuan di Kota Bogor antara Pusriskan, MDPI, dan AP2HI untuk membahas lebih lanjut seputar penelitian penggunaan alat bantu permanent drop-stone (pengganti pemberat dari bahan batu atau semen beton) untuk perikanan pancing ulur tuna laut dalam.
Sedimen yang masuk ke ekosistem air dapat menyebabkan hilangnya ikan, inventebrata makro, dan organisme air lainnya karena lingkungan akan berubah atau bahkan rusak (Huggins, et.al.2007). Menurut Wildan, Manajer Fisheries MDPI, isu sosial juga dapat menjadi salah satu dampak dari praktik tangkap yang tidak berkelanjutan ini. “Isu sosial yang dapat timbul juga antara lain terjadinya konflik antar nelayan kerena perebutan sumber batu di darat, dan terjadi perpindahan lokasi tempat tinggal dan lokasi tangkap yang dekat dengan sumber batu,” jelasnya. “Bahkan ada isu ekonomi, karena nelayan juga telah mulai mengeluarkan biaya untuk membeli batu atau membuat pemberat dari semen beton.”
Batu saat ini menjadi elemen alat tangkap yang sangat penting, bahkan tidak kalah penting dari umpan. Ibaratnya, bila sebelumnya sering dikatakan tidak bisa memancing tanpa umpan, sekarang telah bergeser: tidak bisa memancing tanpa batu. Mengingat urgensi akan isu ini, penelitian permanent drop-stone akan segera dilaksanakan di lokasi kerja MDPI, salah satunya di wilayah Seram Provinsi Maluku, yang diharapkan dapat bermanfaat untuk nelayan dalam menemukan alternatif pengganti pemberat batu.
Bantu kami membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi perikanan dengan berdonasi untuk MDPI.
Dengan dukungan Anda, kami dapat terus membawa perubahan jangka panjang bagi nelayan skala kecil dan masyarakat pesisir di Indonesia.