Berani Melangkah Bersama: Pengukuhan Koperasi Harapan Jaya Bersama

Terbentuk pada tahun 2013, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Jaya dimotori oleh 15 nelayan di Desa Seruni Mumbul, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pembentukan KUB ini menjadi landasan awal bagi para nelayan dalam mengembangkan usaha dan memantapkan kemandirian, serta menjadi salah satu upaya untuk mempermudah nelayan dalam mengakses berbagai keperluan alat tangkap. Meski dirasa belum berjalan maksimal, KUB yang awalnya difasilitasi oleh Penyuluh Perikanan ini akhirnya mulai mengelola sebuah gerai penjualan yang dapat menghasilkan hingga Rp 300.000 per bulan. Penghasilan inilah yang kemudian digunakan untuk memperbaharui stok alat tangkap dan aset penjualan lainnya.

Di sisi lain, pembentukan KUB juga dapat menjadi fondasi untuk membangun sebuah koperasi nelayan. Namun, melangkah ke tingkat koperasi tidak semudah melangkah ke ruangan sebelah. Dibutuhkan kemantapan pengelolaan kelompok dan setiap anggota yang termasuk di dalamnya; salah satu faktor yang membuat Pak Muslimin, ketua kelompok nelayan dan KUB, berpikir panjang untuk mengubah status mereka menjadi koperasi. Merasa belum siap dan masih ingin menambah pengalaman dalam pengelolaan badan usaha, Pak Muslimin dan rekan anggotanya menyimpan keraguan untuk mengelola sebuah unit koperasi dengan proses administrasi yang lebih rumit dan menuntut modal awal yang lebih besar.

Kebimbangan di tengah kelompok bukan berarti kekurangan minat. Di tahun 2020, tim MDPI pertama kali bertemu dengan Pak Muslimin di sebuah kegiatan simulasi pengukuran kapal di Pelabuhan Lombok Timur. Mendengar kisah kelompok Harapan Jaya, bertepatan dengan dimulainya strategi baru MDPI dalam pengorganisasian masyarakat, Desa Seruni Mumbul kemudian menjadi salah satu desa yang dikunjungi untuk mengenal kelompok Pak Muslimin secara lebih mendalam. Menyadari keinginan besar kelompok untuk lebih berkembang, didukung oleh tim Penyuluh Perikanan yang membawa semangat baru, pembicaraan koperasi pun kembali diangkat.

“Awalnya mereka tidak ingin menjadi sebuah koperasi, karena merasa belum siap. Namun, keinginan mereka untuk mengepakkan sayap dan menjadi lebih maju begitu besar,” jelas Hadi, salah satu tim lapangan MDPI Lombok yang juga aktif mendampingi kelompok nelayan di sana. Menurut tim Lombok, kelompok nelayan Harapan Jaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan dimantapkan, asalkan MDPI dapat memberikan pendampingan yang maksimal.

Sejak 2020, MDPI menjalankan program Fisheries Community Organization (FCO) di Lombok Timur dan erat bekerja dengan Penyuluh Perikanan, terlebih untuk membangun kapasitas dan kepercayaan diri Pak Muslimin beserta anggota kelompok lainnya. Komitmen para nelayan untuk berkembang juga terlihat dari berbagai inisiatif yang dijalankan, seperti pembuatan akses jalan setapak dari desa menuju lokasi pendaratan ikan demi memudahkan nelayan dan warga sekitar. Tidak lupa juga mereka menanam bibit pohon bakau di sepanjang pinggiran jalan yang dibangun di sekitar hutan bakau pesisir desa mereka. Kekompakan anggota dan loyalitas para pengurus pun turut menjadi motivasi bagi MDPI untuk mendampingi dan memajukan kelompok nelayan tersebut, khususnya dalam mendirikan koperasi nelayan.

Dalam proses pembentukan koperasi, dilibatkan juga Dinas Koperasi yang menyampaikan informasi seputar koperasi dan keuntungan yang bisa didapatkan, salah satunya dalam mempermudah nelayan mengakses segala keperluan memancing. Melalui koperasi, proses pembayaran dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing nelayan, dan koperasi yang memiliki landasan hukum juga dapat mempermudah kelompok mengakses segala bentuk bantuan. Dengan mengelola penjualan alat tangkap melalui koperasi nelayan, dapat dipastikan juga alat tangkap yang digunakan merupakan jenis ramah lingkungan.

Di tengah proses ini, Pak Muslimin aktif mengajak anggotanya berdiskusi dan merundingkan seluruh pro-kontra, juga untuk menentukan langkah kelompok selanjutnya. Hampir 2 bulan mereka menimbang dari sisi kesiapan, peluang, hingga keuntungan koperasi untuk kelompok. Setelah beberapa kali melakukan rapat internal, KUB Harapan Jaya yang awalnya beranggotakan 15 orang akhirnya memutuskan untuk berubah menjadi Koperasi Harapan Jaya Bersama dengan total anggota 30 orang, termasuk para istri nelayan.

Dengan mengerahkan simpanan pokok dan simpanan wajib dari gerai, ditambah dengan sejumlah sisa aset yang belum terjual, dan didukung dana hibah dari MDPI, modal awal yang menjadi salah satu syarat pembentukan koperasi pun berhasil terkumpul. Pada 29 September 2021, Koperasi Harapan Jaya Bersama akhirnya dikukuhkan di Desa Seruni Mumbul dengan struktur pengurus yang kembali dipercaya untuk melanjutkan tanggung jawab sejak KUB pertama dibentuk, termasuk Pak Muslimin yang menjabat sebagai Ketua Koperasi.

Hampir setahun sudah program FCO berjalan di Lombok Timur. Menurut Taeran yang juga bekerja di kantor MDPI Lombok, sejauh ini keterlibatan nelayan dalam pengelolaan perikanan dan badan usaha sudah jelas terlihat, khususnya dari pencatatan logbook hasil tangkap dan pencatatan pembukuan keuangan yang telah dilakukan secara mandiri. “Besar harapan kelompok nelayan ini dapat terus menjaga kekompakan, karena secanggih apapun para pendamping, kelompok tidak akan bisa berkembang bila tidak kompak,” pungkasnya.