Catatan Internship: Pengalaman Pertama Melakukan Pendataan dan Pengukuran Ikan
Agustus 6, 2019
KUPANG- Mentari mulai terbit dari ufuk timur. Artinya, pagi telah tiba. Saya pun bersiap-siap untuk menuju tempat yang nantinya akan memberikan cerita dan ilmu baru. Tempat itu adalah Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia atau biasa disingkat MDPI yang berada di Kupang, tepatnya terletak di PPI Oeba Kota Kupang.
Ini menjadi awal mula perjalanan sebulan penuh saya untuk mencari dan belajar ilmu sebagai bentuk pemenuhan terhadap salah satu tugas dari kampus, yakni melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL). Awalnya saya tertarik untuk melakukan PKL di Yayasan MDPI karena beberapa waktu lalu Yayasan MDPI berkunjung ke kampus Universitas Nusa Cendana Kupang. Dari situlah selanjutnya saya tertarik untuk belajar lebih dalam lagi dan melakukan pendekatan untuk bisa PKL. Sebuah kesempatan yang tidak saya sia-siakan karena jarang sekali ada tempat atau instansi yang melakukan pendataan dengan fokus utamanya adalah tuna .
Tahap awal ketika saya memulai PKL di Yayasan MDPI Kupang adalah dengan melakukan perkenalan. Saya bertemu langsung dengan Pak Alief Dharmawan sebagai Site Supervisor, Agnesia Dau sebagai Sustainability Facilitator dan Hernot Reits Jon Loudoe sebagai Sustainability Facilitator. Merekalah yang membimbing, serta menjadi inspirator, sekaligus motivator selama saya melakukan PKL.
Hal pertama saya lakukan saat melakukan PKL di Yayasan MDPI adalah pengenalan tentang apa yang dilakukan Yayasan MDPI dalam mendukung perikanan berkelanjutan di Kupang. Penjelasan mengenai materi-materi tersebut dilakukan langsung oleh Alief,Agnes dan Reits. Pengenalan materi ini berlangsung selama empat hari dan banyak ilmu baru yang saya dapat. Di antaranya adalah terkait jenis ikan target, tangkapan sampingan, tangkapan lain dari handline serta cara untuk mengidentifikasi ikan serta hewan-hewan yang dilindungi atau biasa disebut dengan ETP.
Bukan hanya itu yang diberikan, tetapi masih banyak lagi materi yang saya dapatkan terkait dengan kegiatan pendataan ikan. Yaitu mengenai tata cara atau prosedur dalam pengisian form serta bagaimana tata cara ketika berpapasan langsung dengan nelayan dan mewawancarai mereka. Adapula tata cara menggunakan alat pengukur panjang ikan baik itu tuna diatas 10 kg maupun yang dibawah 10 kg , dan pengenalan terhadap tiga supplier tempat dilakukan pendataan yakni UD.Tunas Harapan, CV.ASK dan UD.Bara, serta masih banyak materi yang lainnya.
Mempelajari hal baru menjadikan saya lebih semangat untuk belajar. Tetapi ada juga kendala terbesar bagi saya, yaitu ketika harus menghafal nama-nama latin dari ikan. Selain itu, saya juga mendapatkan materi lainnya, yaitu mengenai analisis Time Lapsed Camera (TLC) yang merupakan pengembangan dari bidang fotografi yang menjadikan sekumpulan foto yang diambil dari periode tertentu menjadi sebuah video. Waktu pengambilan foto bisa dibuat berkala setiap beberapa detik maupun menit bergantung pada kebutuhan.
Pertama kali melihat hasil rekaman TLC, saya pun terkagum-kagum. Dari video itu, terlihat begitu jelas semua kegiatan nelayan, termasuk bagaimana nelayan menangkap ikan. Tidak hanya melihat video, saya juga mendapat tugas langsung dari supervisor untuk menganalisis video tersebut, yaitu dengan melihat hasil tangkapan, termasuk semua jenis ikan, rumpon, hewan dilindungi serta kejadian lain dengan cara screenshot video tersebut dan setelah itu diinput ke dalam file excel. Ada banyak pelajaran yang bisa saya dapatkan dari kegiatan analisis ini. Di antaranya adalah untuk selalu fokus dan bekerja sama dengan teman saya dalam melakukan analisis agar bisa mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Namun adapula kendala yang saya temui. Yaitu hasil screenshot yang terlihat buram sehingga kami sulit untuk melakukan identifikasi.
Pengalaman menarik lainnya adalah saya harus memulai turun ke lapangan untuk melakukan pendataan ikan. Ini adalah pengalamn pertama saya yang sangat berharga. Awalnya, saya tidak langsung melakukan pengukuran, namun saya banyak melakukan pengamatan. Setelah beberapa hari, tiba saatnya pertama kalinya saya memegang alat untuk mengukur panjang ikan tuna diatas 10 kg yang biasa disebut dengan caliper. Ketika itu juga keringat dingin mulai bermain-main dari wajah yang penuh ketakutan karena baru pertama kali menjalankan hal ini. Walau gugup tetapi bukan menjadi alasan untuk tidak bisa berbuat. Hal ini justru menjadi pemicu utnuk saya lebih memaksimalkan peluang yang telah diberikan dan alhasil mengukur ikan tuna bisa saya lakukan tanpa ada kesalahan apapun.
Selanjutnya saya langsung diberikan kesempatan oleh supervisor untuk mengukur tuna dibawah 10 kg menggunakan papan ukur dan saya tetap pada pendirian bahwa harus bisa walaupun hal baru tidak menyulitkan ketika melakukannya dan ikan berhasil saya ukur dengan kemampuan baru tetapi mendapat hasil yang memadai. Selanjutnya data yang diperoleh diupload ke I-FISH.
Praktik kerja lapang di MDPI menjadikan diri ini lebih banyak mengetahui ilmu baru, pengalaman baru serta banyak hal yang tak dapat dideskripsikan satu persatu. Pada hakikatnya bahwa ilmu yang saya dapat di sini akan menjadi modal awal yang berharga di hari-hari yang akan datang. Mungkin kata-kata tak mampu untuk mengungkapkan apa yang saya rasakan ketika PKL disini tetapi terlebih dari itu hanya kata terima kasih untuk Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) Kupang.
Bantu kami membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi perikanan dengan berdonasi untuk MDPI.
Dengan dukungan Anda, kami dapat terus membawa perubahan jangka panjang bagi nelayan skala kecil dan masyarakat pesisir di Indonesia.