Bawa Harapan Nelayan Skala Kecil Ke Panggung Internasional: MDPI Jadi Panelis di Tokyo Sustainable Seafood Summit (TSSS) 2024

Oleh: Muhammad Alzaki Tristi

“Saya selalu membayangkan bagaimana nelayan skala kecil dapat terus menangkap ikan dan suara mereka didengar oleh pemerintah. Ini penting agar kebijakan pengelolaan perikanan dapat menjadi adaptif dan aplikatif untuk kebutuhan mereka.”- Putra Satria Timur, Fisheries Lead MDPI

 

Pada 08 Oktober 2024 lalu, MDPI menjadi salah satu panelis di Tokyo Sustainable Seafood Summit (TSSS) 2024, di mana para ahli dari mancanegara membahas isu-isu penting dalam perikanan berkelanjutan. TSSS merupakan salah satu pertemuan tahunan yang digadangkan sebagai yang terbesar di Asia yang berfokus pada makanan laut berkelanjutan sejak tahun 2015. MDPI dalam kesempatan tahun ini diwakilkan oleh Putra Satria Timur, Fisheries Lead MDPI, yang berbagi pengalaman dan pendekatan organisasi terkait praktik berbasis pasar yang inklusif yang mendukung nelayan skala kecil dan masyarakat pesisir di Indonesia. Dalam sesi tanya jawab ini, kami berbincang dengan “Timur”, sapaan akrabnya, untuk mengeksplorasi pandangannya tentang TSSS 2024 dan visi MDPI untuk masa depan perikanan berkelanjutan.

Timur (kiri) berfoto bersama para delegasi dalam TSSS 2024 (Tokyo, 08 Oktober 2024)

—–

Timur, terima kasih telah meluangkan waktu untuk berbicara dengan kami. Ceritakan dong mengapa partisipasi MDPI dalam Tokyo Sustainable Seafood Summit begitu penting?

Timur:
Pertama, keikutsertaan MDPI dalam pertemuan TSSS adalah kesempatan yang bagus untuk menunjukkan bagaimana MDPI bekerja selama ini dalam memastikan produk perikanan yang berkelanjutan dari nelayan skala kecil. Dengan mendorong perikanan yang legal, tercatat, dan teratur, ini menjadi contoh nyata bagaimana penerapan perikanan yang berkelanjutan dapat dilakukan oleh nelayan skala kecil.

Kedua, pertemuan ini tidak hanya dihadiri oleh LSM dan praktisi dari berbagai negara, tetapi juga para pembeli atau buyer. Ini memberikan kesempatan bagi kita untuk membuka akses pasar bagi produk perikanan dari nelayan skala kecil di Indonesia yang didampingi oleh MDPI.

 

Perikanan berkelanjutan telah menjadi isu global yang sangat penting. Peran apa yang dilakukan MDPI dalam menghadapi isu ini, khususnya di Indonesia?

Timur:
MDPI fokus pada nelayan skala kecil, dan untuk mendukung perikanan berkelanjutan, ada beberapa hal yang kami tekankan. Salah satunya adalah penguatan data—bagaimana MDPI mengumpulkan data untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. MDPI menjalankan “pengumpulan data berbasis komunitas,” yaitu melibatkan komunitas nelayan dalam pengumpulan data. MDPI percaya bahwa data yang baik adalah kunci dalam pengelolaan perikanan; dengan data, kita bisa melakukan analisis dan menentukan langkah pengelolaan yang jelas.

Namun, tantangannya adalah biaya yang besar untuk melakukan pendataan ini. Sejak 2014, MDPI telah mengeluarkan banyak biaya untuk melakukan pendataan secara konsisten. Tapi, jika pendanaan tidak lagi tersedia, diperlukan strategi jangka panjang. Melalui pendekatan “pengumpulan data berbasis komunitas” ini, harapannya nelayan bisa aktif dan mandiri dalam pengumpulan data dengan mengisi logbook penangkapan ikan.

Timur (kiri) mengunjungi salah satu booth di TSSS 2024 (Tokyo, 08 Oktober 2024)

Tema keberlanjutan sangat luas dan memiliki banyak aspek. Bagaimana MDPI menyeimbangkan keberlanjutan lingkungan dengan kebutuhan sosial dan ekonomi komunitas nelayan?

Timur:
Ketika kita bicara tentang keberlanjutan, ada tiga dimensi utama yang perlu diperhatikan: sosial, ekonomi, dan ekologi. Ketiga dimensi ini harus berjalan seimbang agar tidak ada yang terabaikan. Namun, kita perlu menempatkan dimensi ekologi sebagai prioritas, karena jika hanya fokus pada aspek sosial dan ekonomi, maka kita hanya mempertimbangkan kepentingan kita sebagai manusia. Dimensi ekologi berperan sebagai penyeimbang, dan ketiga dimensi ini perlu didukung oleh data agar kita bisa menganalisis dan mengetahui aspek apa yang perlu ditingkatkan.

Inilah yang menjadi salah satu strategi MDPI: memperkuat data, meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir, dan menyediakan platform atau forum diskusi. Melalui diskusi ini, diharapkan terbentuk kesepakatan yang seimbang untuk ketiga dimensi keberlanjutan tersebut.

 

Apa saja tantangan yang pernah ditemui dalam mengimplementasikan praktik perikanan berkelanjutan di Indonesia, dan bagaimana MDPI mengatasinya?

Timur:
Tentu ada banyak tantangan, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Jika dilihat dari sisi nelayan, banyak nelayan skala kecil yang belum memahami konsep perikanan berkelanjutan, karena terbatasnya akses informasi, pengetahuan, aturan, dan lainnya. Selain itu, perubahan aturan atau kebijakan yang terlalu cepat juga membuat nelayan kecil sering tidak terinformasi.

Tantangan lain adalah membangun kepercayaan. Banyak nelayan kecil kecewa karena pengalaman buruk di masa lalu dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang pernah menjanjikan bantuan atau harapan jangka pendek yang tidak tepat sasaran. Ini menjadi tantangan besar bagi kami di lapangan.

Salah satu langkah yang dilakukan MDPI untuk menjawab tantangan ini adalah dengan membangun kapasitas nelayan dalam berorganisasi melalui kelompok nelayan, menciptakan champion di level nelayan dan komunitas pesisir, memperkuat ekonomi nelayan kecil melalui pembentukan unit usaha dan menginisiasi pembentukan platform dalam bentuk forum yang disebut Fisheries Co-Management Committee (FCMC). Forum ini mempertemukan nelayan kecil dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, pebisnis, akademisi, dan peneliti. Di forum ini, mereka dapat berdiskusi, berbagi pandangan, dan membahas masalah, sehingga tercipta solusi bersama untuk menghadapi isu dan tantangan yang ada.

 

Di pertemuan ini, MDPI membahas praktik berbasis pasar yang inklusif. Bisakah diceritakan apa saja praktik ini dan bagaimana mereka menguntungkan nelayan skala kecil?

Timur:
Contohnya adalah program sertifikasi nelayan, seperti Fair Trade dan ekolabel, yang diterapkan MDPI untuk nelayan skala kecil. Melalui program ini, kita membantu nelayan untuk mendapatkan sertifikasi dengan standar tertentu yang harus dipenuhi, salah satunya adalah pengelolaan sumber daya atau resources management. Dengan memenuhi standar ini, nelayan skala kecil mulai melakukan berbagai perbaikan, seperti mendaftarkan kapal, melakukan konservasi terhadap hewan yang dilindungi (ETP), mengisi data tangkapan, mengelola rumpon, mengatur hasil tangkapan, hingga menyelesaikan konflik antar-nelayan. Dengan memenuhi standar pasar ini maka sudah pasti akan mengarah ke jangka panjang yaitu menciptakan perikanan berkelanjutan yang dapat mempertahankan mata pencaharian nelayan di masa depan.

Dalam jangka pendek, nelayan yang telah tersertifikasi Fair Trade juga mendapatkan keuntungan berupa dana premium. Dana premium ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok nelayan untuk berbagai program salah satunya meningkatkan kondisi dan taraf hidup komunitas pesisir mereka. Ini menjadi salah satu poin penting yang diperjuangkan MDPI bagi nelayan skala kecil.

Saat ini pasar juga selalu menginginkan adanya produk makanan laut yang bisa ditelusuri (traceability). Dalam hal ini melalui social enterprise-nya PT. Sahabat Laut Lestari, MDPI telah mengembangkan aplikasi TraceTales untuk melakukan digitalisasi hasil tangkapan nelayan. Aplikasi tersebut menghasilkan QR code yang berisi informasi mengenai asal usul ikan. Dengan informasi tersebut tentu saja akan lebih mudah untuk meyakinkan para konsumen memilih produk perikanan yang berkelanjutan, yang pada akhirnya dapat menguntungkan nelayan kecil.

 

Timur berhadapan dengan audiens global di pertemuan ini. Apa yang Timur sampaikan kepada masyarakat dunia mengenai perikanan Indonesia dan pentingnya praktik berkelanjutan?

Timur:
Poin yang kita sampaikan dalam pertemuan ini adalah, “Mari kita perhatikan nelayan skala kecil, terutama mereka yang telah terbukti menerapkan perikanan berkelanjutan.” Mereka sering kali memiliki keterbatasan akses di berbagai aspek, sehingga penting untuk melihat mereka sebagai subjek, bukan objek. Sebagai subjek dalam pengelolaan perikanan, nelayan harus dilibatkan secara aktif dan sadar dalam upaya perikanan berkelanjutan.

Kita mengajak para audiens terutama buyer untuk memberikan perhatian terhadap nelayan skala kecil, yang sebenarnya mampu melakukan penerapan terhadap perikanan dan terlibat aktif dalam memperbaiki situasi mereka. Kami mengajak agar para buyer memprioritaskan pembelian ikan dari nelayan kecil yang menerapkan prinsip-prinsip penangkapan berkelanjutan dan bertanggung jawab. Sebagai tanggung jawab sosial, pasar perlu memberikan insentif kepada nelayan skala kecil untuk terus melakukan perbaikan perikanan, dan hal tersebut harus dipandang sebagai investasi jangka panjang bukan sebagai biaya. Dengan demikian maka akan melindungi usaha dari pasar dan memperkuat ekonomi nelayan skala kecil. 

 

Melihat ke depan, bagaimana Timur membayangkan masa depan perikanan berkelanjutan di Indonesia? Langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk memastikan keberhasilan jangka panjang?

Timur:
Saya selalu membayangkan bagaimana nelayan skala kecil dapat terus menangkap ikan dan suara mereka didengar oleh pemerintah. Ini penting agar kebijakan pengelolaan perikanan dapat menjadi adaptif dan aplikatif untuk kebutuhan mereka. Harapan besar ini adalah agar nelayan dapat terlibat dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan yang berdampak langsung pada mereka.

Selain itu, kita juga berharap terciptanya sistem ketelusuran yang saling terkait, mulai dari nelayan, pemasok, hingga konsumen. Dengan sistem ketelusuran yang baik, setiap konsumen akan tahu dari mana asal ikan yang mereka konsumsi dan menyadari bahwa sumber makanan mereka berasal dari tangan-tangan nelayan skala kecil yang ditangkap dengan cara yang ramah lingkungan. Ini adalah bentuk transparansi mengenai ikan yang kita nikmati di atas piring.

 

Terakhir nih, pengalaman paling berkesan apa yang Timur dapatkan dalam partisipasi di Tokyo Sustainable Seafood Summit ini? Hasil apa yang MDPI terapkan sehubungan dengan perikanan berkelanjutan di Indonesia?

Timur:
Pengalaman yang dirasakan pastinya campur aduk, ya, “dag, dig, dug” rasanya, hahaha. Berbicara di hadapan 500 peserta dari berbagai kalangan seperti akademisi, pemerintah Jepang, pengusaha, NGO Internasional, dan lainnya, untuk menyampaikan harapan serta pengalaman mendampingi nelayan skala kecil di Indonesia adalah momen yang sangat mendebarkan. Tapi, semangat tentang apa yang telah MDPI capai bersama nelayan skala kecil di Indonesia ternyata mendapatkan sambutan luar biasa dari peserta pertemuan.

Kita memaparkan berbagai aspek, mulai dari perjuangan mendampingi nelayan, meningkatkan kesadaran, penguatan koperasi, manajemen melalui FCMC, hingga potensi pasar. Respons positif dari peserta adalah apresiasi yang tidak terlupakan—mereka sangat terkesan dengan upaya yang telah dilakukan MDPI.

Kita juga menegaskan bahwa ini bukan pekerjaan yang bisa selesai dalam sehari dan bukan hasil kerja segelintir orang saja. Semua ini adalah hasil sinergi luar biasa dari seluruh tim MDPI, terutama untuk nelayan skala kecil di Indonesia dan juga dukungan dari Pemerintah.

Timur (kanan) menyampaikan presentasinya di salah satu panel TSSS 2024 (Tokyo, 08 Oktober 2024)

—————-


Partisipasi Timur dalam Tokyo Sustainable Seafood Summit menunjukkan komitmen MDPI untuk mendorong perikanan berkelanjutan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat global. Wawasannya mengingatkan kita akan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan solusi berbasis pasar yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Potongan Gambar Media Jepang, Minato Yamaguchi, Meliput MDPI dalam TSSS 2024

Partisipasi MDPI ini juga diberitakan di media Jepang, Minato Yamaguchi. Happy People dapat membaca ringkasan mengenai Tokyo Sustainable Seafood Summit 2024 di sini: https://www.minato-yamaguchi.co.jp/minato/e-minato/articles/146857