Sederhana, Tetapi Gak Semua Orang Bisa Mengisi Logbook Perikanan

oleh M. A. Indira Prameswari

Bagi sebagian orang, mencatat adalah kegiatan yang membosankan. Hal sederhana seperti mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan, materi sekolah, hingga tuntutan pekerjaan, bisa mudah terlupakan.

Kendati membosankan, mencatat dapat menuntun kita dalam mengambil keputusan di masa depan. Sebagai contoh: dengan mengetahui catatan keuangan bulan lalu, kita dapat mengatur keuangan kita lebih bijak di bulan yang mendatang.

Begitu pula dengan mencatat tangkapan perikanan. Bagi nelayan tuna, mencatat aktivitas melaut mereka dengan logbook diwajibkan dalam Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan no. 33 tahun 2021. Salah satu alasan mengapa pemerintah mewajibkannya adalah untuk kebutuhan pengelolaan stok tuna secara berkelanjutan.

 

Aplikasi e-Logbook (kiri) dan logbook cetak (kanan) yang disederhanakan untuk nelayan skala kecil.

Kesulitan nelayan skala kecil dalam mengisi logbook

Sayangnya, data perikanan tuna masih kurang. Mengutip Ketua Tim Kerja Logbook dan Alokasi Kuota KKP Aris Budiarto dalam acara Rapat Teknis Logbook Penangkapan Ikan Tahun 2024, Data perikanan tuna, khususnya dari nelayan skala kecil, masih sangat kurang. Sehingga pembuatan kebijakan untuk menjaga stok tuna secara berkelanjutan dapat terhambat.

Baca juga: MDPI Terima Penghargaan KKP atas Pendampingan Logbook Perikanan

Berdasarkan pengalaman MDPI dalam melakukan pendataan perikanan di lapangan, hambatan nelayan dalam mengisi logbook tidak sesederhana persoalan kebiasaan. Lebih dalam dari itu, banyak nelayan yang belum memiliki kapasitas mengisi logbook dengan benar.

Seorang nelayan skala kecil tuna asal Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Fadlan Silawane menyampaikan pengalamannya dalam mengisi logbook. Di tempatnya berasal, belum semua nelayan memahami pentingnya mengisi logbook, peraturan yang mengikat, dan cara mengisinya dengan benar.

Fadlan Silawane (center) and Yonathan Guraici (right) speaking about challenges faced by small-scale fishers in Asia-Pacific Fisheries Improvement Project Community of Practice workshop.

Lain pula dengan pengalaman nelayan skala kecil asal Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, Yonathan Guraici. Dalam acara 2024 Asia-Pacific Fisheries Improvement Project Community of Practice, Yonathan berbagi kesulitannya dalam menggunakan e-Logbook akibat ketiadaan sinyal yang dibutuhkan untuk membuka aplikasi.

Hambatan lainnya untuk mengisi logbook yaitu tingkat literasi, kesenjangan kemampuan baca-tulis, dan kelelahan setelah 16 jam melaut.

Solusi: Peningkatan kapasitas nelayan skala kecil dalam mengisi logbook

“Perlu adanya peningkatan kapasitas nelayan dalam menghadapi hambatan mengisi logbook, yang dalam hal ini dapat dilakukan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan industri,” ujar Kai Garcia di acara yang sama dalam merespons pengalaman Yonathan dan Fadlan.

Banyak nelayan skala kecil yang menyuplai hasil tangkapannya untuk industri besar. Sebagai contoh, PT Cassanatama Naturindo asal Jawa Tengah yang mewajibkan rekan kerja sama nelayan udangnya untuk mengisi logbook sebagai tanggung jawab perikanan legal dan syarat ekspor.

Baca juga: PT Cassanatama Naturindo Bekerja Sama dengan PT Sahabat Laut Lestari dalam Implementasi e-Logbook

Sebagai OMS yang memiliki visi untuk mewujudkan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia, MDPI turut membantu pendampingan nelayan dalam mengisi logbook, salah satunya meningkatkan kapasitas kelompok nelayan dalam pemecahan masalah.

“MDPI juga melakukan pendampingan dan edukasi logbook ke nelayan kecil (ekolabel Fair Trade USA). Ada hambatan nelayan terlalu lelah mengisi logbook saat pulang melaut, kami dorong pasangannya untuk bantu mengisi. Ada pula Kelompok Nelayan menggaji tetangganya di desa untuk mengisi logbook,” pungkas Sri Jalil, Fair Trade Coordinator MDPI, dalam diskusi acara yang sama.

Mengisi logbook rupanya tidak sesederhana itu dan butuh kerja sama pihak-pihak tertentu agar data perikanan Indonesia menjadi lengkap. Jika Happy People merupakan pelaku sektor perikanan, baik nelayan, industri, maupun anggota OMS, ambil peranmu dalam isu ini, ya!