Masa Depan Ikan Kita: Data Perikanan untuk Ketahanan Pangan

oleh M. A. Indira Prameswari

“Saya baru mengerti bahwa peraturan dapat mengurangi risiko habisnya ikan di laut. Dan ini dapat diatasi melalui data-data yang kita kumpulkan, supaya hasil tangkap kita tetap berkelanjutan,”–Ardiansyah, nelayan tuna pancing ulur asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Setiap tanggal 21 November, MDPI ikut merayakan Hari Perikanan Sedunia, yang juga bertepatan dengan Hari Ikan Nasional, bersama masyarakat pesisir dan mitra. Perayaan ini menjadi tradisi untuk kampanye pentingnya data bagi keberlanjutan sumber daya perikanan di delapan area kerja MDPI.

Selama lebih dari satu dekade, MDPI bekerja sama dengan masyarakat pesisir dalam mengumpulkan data perikanan tuna. Data ini mencakup data biologis ikan dan data upaya (effort), seperti jumlah hari melaut.

Data-data yang dikumpulkan tercatat pada borang (logbook) penangkapan ikan oleh nelayan. MDPI juga memvalidasi data dengan hasil pengambilan sampel pendaratan ikan.

Halnya, nelayan sering bertanya: “Apa untungnya jika kami mencatat dan mengetahui data-data hasil tangkapan kami?

Alasan Kenapa Nelayan Wajib Melek Data

Data memberi gambaran seberapa jauh perkembangan hasil tangkap dan upaya yang nelayan lakukan. Melalui data yang tercatat secara akurat dan periodik, nelayan dapat melihat apakah produktivitasnya meningkat atau menurun.

“Semakin banyak tuaian, semakin banyak keuntungan,” begitu kata peribahasa. Namun dalam sektor perikanan, kemakmuran tidak dapat dicapai dengan cara mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Kunci produktivitas ekonomi sektor perikanan terletak pada keberlanjutan sumber daya perikanan, yang hanya dapat dipantau melalui data.

“Idealnya kita, harus menyisakan ikan kecil di alam untuk regenerasi berkembang biak,”
jelas Novita Ayu Wulandari, Fisheries Data Officer MDPI.

Nelayan Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, memegang rapor data hasil tangkapan mereka periode Januari-Juli 2024.

Data 2023-2024: Jumlah Ikan Kecil > Jumlah Ikan Besar

Mayoritas wilayah dampingan MDPI menangkap lebih banyak tuna madidihang (T. albacares) kecil daripada yang dewasa. Hal ini dapat menjadi pertanda tingginya laju eksploitasi terhadap sumber daya perikanan[1].

Sebagai contoh, di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, persentase jumlah tuna madidihang kecil mendominasi, yakni 59,5% dibandingkan tuna besar yang hanya 40,5%[2].

Jika tren ini terus-menerus terjadi, tuna kecil tidak berkesempatan untuk menjadi dewasa dan berkembang-biak, sehingga mengancam keberlanjutan sumber daya tuna.

Memperkenalkan Pentingnya Data dengan Permainan Simulasi Perikanan Bekelanjutan

Simulasi perikanan berkelanjutan yang dimainkan nelayan. Setiap warna miniatur menandakan spesiesnya: Kuning untuk tuna madidihang, jingga untuk cakalang, biru untuk hiu, dan merah untuk penyu. Hasil tangkapan kemudian dicatat ke dalam formulir (kanan).

Uniknya di perayaan Hari Perikanan Sedunia 2024, MDPI memperkenalkan pentingnya data melalui sebuah wadah permainan simulasi perikanan berkelanjutan.

Nelayan diajak bermain dengan cara mengumpulkan miniatur spesies satwa laut dengan alat yang berbeda-beda, seperti garpu, sendok teh, sendok makan, dan saringan—menggambarkan selektivitas alat tangkap pancing ulur, huhate (pole and line), pukat cincin, dan jaring kantong (trawl).

Permainan dibagi ke dalam beberapa babak: babak penangkapan tanpa aturan, babak diskusi, dan babak penangkapan yang teratur.

Pemain turut dibagikan formulir catatan hasil tangkap untuk dijadikan bahan diskusi untuk regulasi. Setelahnya, nelayan dapat melihat kontrasnya hasil simulasi penangkapan ikan secara eksploitatif dan tak beraturan, dibandingkan dengan penangkapan yang tercatat dan teregulasi.

Permainan ini bertujuan untuk menggambarkan pentingnya data dan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan. Nelayan dilatih untuk berpikir kritis, memecahkan masalah melalui diskusi, dan pentingnya mencatat data perikanan.

“Jika nelayan memahami semua ini, mereka akan lebih mudah mengadvokasi kebutuhannya di forum-forum Pemerintah,” jelas Muhammad Novriansyah, Fisheries Officer MDPI yang saat itu mendampingi simulasi permainan di Bone.

Kaleidoskop Hari Perikanan Sedunia 2024: Permainan, Perayaan, dan Kebersamaan

Selain melakukan simulasi permainan, MDPI juga mengajak masyarakat pesisir melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat perayaan, seperti lomba mewarnai spesies dilindungi dan perayaan makan bersama boga bahari. Kegiatan ini menjadi wadah gaung akan pesan perikanan berkelanjutan untuk ketahanan pangan kepada masyarakat lebih luas.

“Seru sekali perayaan ini karena bisa masak-masak bersama. Kami juga jadi tahu bahwa ikan bisa habis jika tidak ada aturannya,” ujar Mentari, wanita pesisir asal Bone.

Masyarakat pesisir di Kota Gorontalo mengisi survey untuk mengukur kesuksesan kampanye perikanan berkelanjutan yang dibalut dalam pesta perayaan Hari Perikanan Sedunia.

Perayaan ini menarik 750 peserta yang terdiri atas masyarakat pesisir dan pemangku kepentingan. Angka ini meliputi 260 perempuan dan 490 laki-laki dari delapan provinsi area kerja MDPI.

Harapannya, MDPI akan mengembangkan permainan ini lebih lanjut, supaya gaung pentingnya data perikanan kepada masyarakat pesisir semakin kuat. Hal ini terbukti dari positifnya reaksi masyarakat pesisir yang terlibat.

“Saya baru mengerti bahwa pendataan dan peraturan dapat mengurangi risiko habisnya ikan di laut. Dan ini dapat diatasi melalui data-data yang kita kumpulkan, supaya hasil tangkap kita tetap berkelanjutan,” jelas Ardiansyah.

***

Catatan Kaki:

[1] Rumpa et al. 2024. Tantangan dan Konsep Pengelolaan Pancing Ulur Tuna di Teluk Bone (WPP-NRI 713 dan 714). Malang: Madza Media.

[2] Berdasarkan data hasil port sampling MDPI selama periode Januari-Juli 2024 di Kabupaten Bone. Ukuran tuna kecil yang dimaksud adalah <70 cm.