Berkat Teknologi Pelacak Kapal, Nelayan Hilang di Morotai dapat Ditemukan

oleh M. A. Indira Prameswari, Ilsan Ismail

Nelayan asal Kabupaten Morotai, Maluku Utara, hilang saat melaut pada Rabu, 16 Oktober 2024. Nelayan ditemukan setelah warga desa menjemputnya sejauh 42,5 kilometer dari bibir pantai di tengah laut.

“Saat itu cuaca berkabut, sehingga Rakit (nelayan yang hilang) tidak bisa melihat daratan dengan jelas dan kehilangan arah pulang,” jelas keluarga Rakit yang menjemputnya di laut.

Muhlis Lastori, pengepul ikan setempat, adalah pihak yang pertama sadar bahwa Rakit hilang. Sebab, sore itu Rakit tidak tampak mendarat atau pun menjual ikannya kepada Muhlis. Sore hari adalah waktu di mana nelayan setempat biasa pulang melaut dan menjual ikannya kepada pengepul.

“Saya sampaikan ke keluarga Rakit dan MDPI bahwa ia belum pulang dari melaut. Mereka langsung cari, tidak panggil Tim SAR karena keluarga merasa kapal ada alat pelacaknya dan warga masih bisa baku bantu mencari,” ujar Muhlis.

Beruntungnya, kapal Rakit terpasang teknologi vessel monitoring system (VMS); sebuah alat pelacak yang dapat merekam lokasi pergerakan kapal. Sehingga, warga desa dapat mengetahui lokasi kapal Rakit di laut secara pasti dan tepat waktu.

Tampilan lokasi Rakit di peta (panah hitam), tertulis berada pada jarak 23,3 NM (nautical miles) atau sekitar 42,5 kilometer dari desa tempat memantau pergerakan kapal.

“Nelayan dan keluarga mencari Rakit dari malam hingga pukul empat pagi. Sedangkan saya membantu mereka dengan memantau pergerakan kapal Rakit dari aplikasi peta pelacak. Kami berkoordinasi lewat telepon, dan nelayan membawa GPS saat mencari Rakit, sehingga Rakit dapat ditemukan dengan cepat” jelas Ilsan Ismail, staf lapangan MDPI di Morotai.

Rakit adalah salah satu nelayan yang ikut berpartisipasi dalam proyek percobaan sistem pelacak kapal nelayan skala kecil. Proyek percobaan ini digawangi Yayasan IPNLF Indonesia (YII) dan MDPI, dengan menggunakan teknologi pelacak bernama Alon.

Pada dasarnya, teknologi ini bertujuan untuk membantu verifikasi data perikanan tuna terkait wilayah penangkapan ikan. Selain membantu verifikasi data, alat ini juga terintegrasi dengan sistem ketelusuran ikan.

Namun alat ini juga dapat berfungsi sebagai alat bantu keselamatan melaut. Beberapa teknologi VMS memiliki tombol pengirim sinyal SOS jika nelayan hilang arah di laut berbasis waktu nyata (real-time), seperti Alon.

Lokasi memancing nelayan yang terekam secara aktual, bersamaan dengan sistem ketelusuran yang tercatat secara akurat, adalah upaya dalam meningkatkan kesadartahuan nelayan skala kecil terkait praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab.

Ilsan saat membantu pemasangan alat pelacak Alon di kapal nelayan Morotai.

“Kami merasa terbantu dengan teknologi pelacak ini. Tidak ada rasa curiga jika dilacak, atau dipantau. Justru dengan alat ini, kejadian hilang di laut dapat lebih cepat ditangani. Ada baiknya nelayan skala kecil juga memperhatikan keselamatan di laut dengan peralatan yang mumpuni, seperti GPS dan alat pelacak kapal,” ujar Rakit.

Berdasarkan data Badan SAR Nasional, kasus nelayan hilang di laut yang tercatat di tahun 2023 sebanyak 43 kali. Frekuensi kasus nelayan hilang di laut ini adalah yang terlaporkan; kemungkinan besar jumlahnya lebih besar daripada yang tercatat.

MDPI turut bersyukur Rakit dapat pulang kembali bertemu keluarganya dalam keadaan selamat. Kejadian ini dapat menjadi pengingat agar nelayan, organisasi masyarakat sipil, dan seluruh pihak yang terlibat untuk saling membantu dalam mengutamakan isu keselamatan di laut, khususnya pada perikanan skala kecil.